Selera musik dan tipe kepribadian ternyata
berkaitan sangat erat. Berdasarkan suatu riset berskala dunia, musik favorit
bisa jadi merupakan cermin kepribadian diri Anda. Penelitian ilmiah tentang
hubungan selera musik dengan kepribadian dilakukan Professor Adrian North
dari Heriot-Watt University. Dengan melibatkan puluhan ribu orang di seluruh
dunia, ia mengklaim risetnya sebagai penelitian terbesar untuk jenis riset
serupa yang pernah dilakukan sebelumnya.
Kepada BBC, North menggambarkan risetnya ini
sebagai suatu hal yang mengejutkan dan signifikan. "Kami selalu menduga
adanya hubungan antara selera musik dan kepribadian. Ini adalah untuk
pertamakalinya bahwa kami telah berhasil menelitinya dalam detil yang nyata. Belum
pernah ada satu pun yang meneliti dengan skala seperti ini sebelumnya,"
tegasnya.
Hasil temuan paling menarik dari riset North adalah
adanya kemiripan antara penggila musik klasik dan heavy metal. "Salah
satu yang paling mengejutkan adalah adanya kesamaan antara penggemar musik
klasik dan heavy metal. Mereka sama-sama kreatif, tenang tetapi tidak
outgoing," ungkapnya. North juga menyatakan riset ini akan sangat
berguna bagi kepentingan marketing. "Jika Anda memahami selera musik
seseorang, maka Anda akan dapat mengatakan seperti pada pribadinya, siapa dan
menjual apa," tambahnya. .
"Salah satu yang paling mengejutkan adalah adanya
kesamaan antara penggemar musik klasik dan heavy metal. Mereka sama-sama
kreatif, tenang tetapi tidak outgoing."
Dalam risetnya, North meminta lebih dari 36.000
partisipan dari seluruh dunia untuk merata-ratakan 104 jenis musik. Mereka juga
ditanya mengenai aspek kepribadian. Riset ini masih akan berlanjut dan Prof
North, yang juga Dekan Fakultas Psikologi Heriot-Watt University, berencana
melibatkan partisipan untuk ikut ambil bagian mengisi kuisioner singkat secara
online.
Beberapa Musik dan Cerminan
Karakter Pribadi Penyukanya (Majalah Hai)
Musik Up-Beat
Musik kayak gini biasanya disukai oleh mereka yang
memiliki tipe kepribadian extrovert. Soalnya, musik up-beat
merefleksikan semangat dan kebebasan berekspresi!
Tapi, musik up-beat sering juga dinikmati oleh mereka
yang nggak berasal dari tipe kepribadian tersebut, namun sedang dalam keadaan
tertentu: lagi seneng atau justru lagi sedih. Pasalnya, musik up-beat bisa jadi
alat untuk melepaskan emosi berlebih.
Musik Slow
Banyak yang menduga kalo orang yang suka musik slow
adalah orang yang cenderung tertutup dan rapuh. Eits, salah! Menurut Pak
Samuel, penyuka musik-musik slow umumnya justru orang-orang yang struggle.
Yang berpikiran dewasa dan berpembawaan tenang. Bisa mengatur emosi dan selalu
mengutamakan pemikiran yang panjang sebelum melakukan sesuatu.
Musik Penuh Distorsi
Contohnya musik-musik metal gitu deh! Musik kayak gini
sering banget disangkutin dengan orang-orang yang memiliki sifat keras kepala,
destruktif, dll. Padahal, itu nggak seratus persen bener!
Orang yang menyukai musik yang penuh distorsi pada
dasarnya adalah orang yang kreatif (PS: orang yang kreatif biasanya orang yang
peka lho!). Nggak puas dengan sesuatu yang standar, dan nggak suka dengan hal-hal
yang monoton. Cuma aja, faktanya hasil dari sebuah kreativitas nggak selamanya
selalu sejalan dengan mainstream. Nah, kalo kebetulan nggak sejalan dengan
mainstream, akhirnya langsung dicap rebel.
“Kalo kemudian musik yang penuh distorsi itu sekarang
seolah dijadikan seperti sebuah identitas bagi mereka yang suka membangkang dan
berbuat anarki, itu sebenernya imbas dari cap rebel tadi. Mereka yang
berpikiran sempit merasa kalo rebel tuh keren. Lalu, karena pengen dianggap
rebel ya yang didengerin harus musik-musik kayak gitu,” Pak Samuel ngejelasin.
Musik Etnik/Klasik
Di satu sisi, mereka yang menyukai musik etnik/klasik
biasanya smart. Sebab, musik model gini nggak gampang buat dimengerti dan
dinikmati. Terus, mereka juga umumnya memiliki filosofi tinggi dalam hidup
(cieeee….). Punya perasaan yang halus bin sensitif, plus sangat santun dalam
bersikap dan bertutur kata.
But, dalam soal pergaulan rada kurang! Abis, pola
pikirnya agak konvensional sih. Udah gitu, lebih suka berjalan di jalan yang
“aman-aman aja”. Bukan tipikal playfull. Nggak berani nyeleneh, nggak berani
membuat sebuah gebrakan yang fenomenal.
Musik Bercengkok
Maksudnya kira-kira kayak musik dangdut gitu kali ya?
Pak Samuel bilang, orang yang suka banget sama musik bercengkok tuh kebanyakan
orang yang easy going. Nggak mau punya beban di kepalanya, nggak mau punya
musuh, dan nggak paling nggak seneng yang namanya diburu-buru. Semboyan
hidupnya: love, peace, and let it flow aja.
RAHASIA DIBALIK LIRIK
Ada orang yang suka lagu-lagu yang liriknya tentang
percintaan, ada juga yang nggak. Ada orang yang suka lagu yang liriknya tentang
kritik sosial, ada yang justru males ngedengernya. Ada orang yang suka lagu
yang liriknya nge-dish orang lain, ada juga yang malah sebel!
Kenapa bisa beda-beda begitu? Jawabannya: Pertama, “Music
preferences could be used to make self-directed identity claims,” ujar Pak
Samuel. Maksudnya, seseorang biasanya akan memilih lagu yang liriknya sesuai
dengan self-view-nya. Self-view terhadap diri sendiri, maupun
terhadap orang lain dan lingkungannya.
Kedua, “Music can also be used to make
other-directed idenity claims,” terang Pak Samuel. Kalo yang ini, seseorang
akan memilih lagu yang liriknya diharapkan bisa menjadi message untuk
mengungkapkan siapa dirinya dan seperti apa dia ingin dinilai oleh orang-orang
di sekitarnya. (ayu)
BUDAYA POLITIK, BUDAYA DEMOKRASI, DAN CIVIL SOCIETY
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
PendidikanKewarganegaraan
Dosen PembinaIbuNurulRahmawati
Oleh
ChoirunNisak150741605125
DwiNovitaAnggraini 150741604254
NurRohmat150741604859
Ovin Bella Safura150741607880
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU
SOSIAL
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
September 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat selesai
sebagaimana yang kami harapkan. Tugas makalah yang berjudul “BudayaPolitik,BudayaDemokrasi, Dan Civil Society” ini
terbentuk atas kerja sama kelompok kami untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Penddikan Kewarganegaraan.
Kemudian dengan terselesiakannya makalah ini, kami menghaturkan rasa
terimakasih kami kepada Dosen Pendidikan Kewarganegaraan kami yang telah
membimbing dalam mengajarkan langkah-langkah pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat tersusun meski banyak kekurangan didalamnya. Harapan kami
semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari dalammakalahinimasihjauhdarikesempurnaan. Olehkarenaitukritikdan saran yang membangundari para pembaca kami harapkan agar kedepannya makalah ini bisa jauh lebih baik lagi.
Terima Kasih.
Malang, 16 September 2015
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................2
Daftar
Isi.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................4
Daftar
Pustaka..............................................................................................11
BAB I
PEDUHULUAN
1.1 LatarBelakang
Kehidupan manusia di dalam masyarakat,
memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam
kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan
manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia
tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan
papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan
eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian
upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik
tertentu dan sebagainya.
Setiap warga negara, dalam
kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik
yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara
langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak
langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang
peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti orang
tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.
Budaya politik, merupakan bagian
dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi,
pengaturan kekuasaan, proses
pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat
terhadap kekuasaan yang memerintah.
Kegiatan politik juga memasuki
dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial,
kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan
menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat.
1.2.
Tujuan
1. Agar
dapatmengetahuibudayapolitik
di Indonesia.
2. Agar dapatmenambahwawasantentangsosialisasipengembaganbudayapolitik.
BAB II
PEMBAHAASAN
A.BUDAYA
POLITIK
1.PENGERTIAN BUDAYA POLITIK
Merupakanpolaperilakusuatumasyarakatdalamkehidupanbenegara,
penyelenggaraanadministrasinegara, politikpemerintahan, hukum, adatistiadat,
dannormakebiasaan yang dihayatiolehseluruhanggotamasyarakatsetiapharinya. Budayapolitikjugadapat di
artikansebagaisuatusistemnilaibersamasuatumasyarakat yang
memilikikesadaranuntukberpartisipasidalampengambilankeputusankolektifdanpenentuankebijakanpublikuntukmasyarakatseluruhnya..
2. DEFENISI BUDAYA POLITIK
Beberapa
defenisi budaya politik menurut para ahli dapat kita lihat sebagai berikut :
a.Budaya
politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan
politik yang dihayati oleh anggota sistem politik.
b.Roy
Macridis mengatakan bahwa Budaya politik sebagai tujuan bersama dan peraturan
yang harus diterima bersama.
c.Finer
mengungkapkan bahwa Budaya politik lebih menekankan pada aspek legitimasi
peraturan-peraturan, lembaga politik serta prosedur.
Dari
defenisi-defenisi diatas dapat ditarik garis besarnya bahwa budaya politik
sebagai hal yang berhubungan dengan lingkunagan, perasaan dsn sikap dimana
sistem politik itu berlangsung yang termasuk didalamnya sistem tradisi,
kenangan sejarah,motif, norma perasaan, dan sistem atau secara lebih tegas
sebagaimana yang digambarkan Almond dan Verba menyangkut aspek :
-Orientasi
kognitif : pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranan dan segala
kewajibannya serta input dan outputnya.
-Orientasi
Afektif : kecenderungan emosi dan perasaan terhadap sistem politik, peranannya,
para aktor dan penampilanya.
-Orientasi
evaluatif : pertimbangan terhadap sistem politik menyangkut keputusan dan
pendapat tentang obyek-obyek politik secara tipikal melibatkan kombinasi
standar nilai sistem dengan informasi dan perasaan.
B.BUDAYA
DEMOKRASI
1.Konsep
Dasar Demokrasi
Demokrasi
berasal dari bahasa Yunani dari kata “demos” yang berarti rakyat dan “kratos”
yang berarti kekuasaan atau berkuasa. Menurut Rosyada,2005 Demokrasi dapat
diartikan sebagai “rakyat berkuasa” yaitu dimana sistem pemerintahannya
kedaulatannya berada ditangan rakyat,keputusan tertinggi berada dalam keputusan
bersama rakyat, rakyat bekuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
Menurut Sapriya ,2002 Demokrasiberarti
pemerintah yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung maupun tidak
langsung (melalui perwakilan)setelah adanya proses pemlihan umum secara
langsung ,umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil atau yang sering disebut
‘luber’ dan ‘judil’.Sedangkan menurut pandangan Nurcholis Madjid yang dikutip
oleh Sukron Kamil, 2002 ditegaskan bahwa demokrasi berarti sebuah proses
melaksanakan nilai-nilai civility(keadaban) dalam bernegara dan bermasyarakat.
Demokrasi adalah proses menuju dan menjaga civil society yang menghormati dan
berupaya merealisasikan nilai-nilai demokrasi.
2.Karakteristik
Masyarakat Prakondisi Demokrasi
Masyarakat
demokrasi merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama yang bekerjasama untuk
mencapai terkabulnya keinginan bersama dengan cara pemerintahan oleh mereka
sendiri(rakyat) dimana kekuasaan tertinggi berada ditangan mereka
sendiri(rakyat) dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang
mereka pilih. Dalam demokrasi, kekuasaan nengara melalui jajaran biroaksinya
berasal dari rakyat agar kondisi ini tidak menjadi bumerang yang menyiderai dan
menyengsarakan rakyat diperlukan kekuatan penyeimbang (balancing force).
3.Pilar-Pilar
dan Prinsip Demokrasi
Parktik
demokrasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak sama dengan di
negara-negara barat, karena landasan pelaksanaan demokrasinya nampak berbeda.
Demokrasi di Indonesia menggunakan landasan dan dasar hukum sebagai berikut:
a.Pembukaan
UUD 1945
b.Pasal
1 ayat (2) UUD 1945
c.Pasal
1 ayat (3) UUD 1945
d.Pasal
29 ayat (1) UUD 1945
Jadi
dapat ditarik kesimpulan bahwa demokrasi di Indonesia bukanlah demokrasi yang
menempatkan posisi manusia diatas Tuhan Yang Maha Esa, walaupun demokrasi itu
berarti sebagai kedaulatan berada di tangan rakyat.
4.Nilai-Nilai
Demokrasi
Menurut
Henry B.Mayo(dalam Miriam Budiarjo,1996) menguraikan nilai-nilai demokrasi
sebagai berikut:
a.Nilai
yang bersifat Umum
b.Nilai-nilai
khusus sistem demokrasi
1.Demokrasi
menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela
2.Demokrasi
menjaminterjadinya perubahan secara
damai dalam suatu masyarakat yang selalu berubah
3.Demokrasi
menjamin pergantian penguasa dengan teratur
4.Dalam
demokrasi penggunaan paksaan sedikit mungkin
5.Demokrasi
menghargai nilai keanekaragaman
6.Demokrasi
menegakkan keadilan
7.Sistem
politik demokrasi paling baik dan memajukan ilmu pengetahuan
8.Dalam
demokrasi terdapat kebebasan, terutama dalam politik
9.Akhirnya
nilai dapat diberikan kepada demokrasi karena kekurangan-kekurangann yang
terdapat dalam sistem lain.
Demokrasi
tidak akan dan dan tumbuh dengan sendirinya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Karena itu demokrasi memerlukan usaha nyata setiap
warga negara dan perangkat pendukungnya yaitu budaya yang kondusif sebagai
manifestasi dari mindset (kerangka berpikir) pelaksanaan demokrasi.
C. CIVIL
SOCIETY (MASYARAKAT MADANI)
1. PENGERTIAN
Warga
Negara harus dimaknai sebagai mitra Negara yang mempunyai kedudukan sejajar,
dapat dikemukakan sebagai wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi
bercirikan kesukarelaan, keswabedayaan dan keswadayaan, kemandirian dan
keterikatan dengan norma dan nilai hukum. Sebagai organisasi dibuat masyarakat
di luar pengaruh Negara.
2. PEMBERDAYAAN
Aspek strategi
pendidikan kewarganegaraan dalam pemberdayaan:
a.Membangun
hubungan Negara dan masyarakat. Melalui langkah-langkah:
ØInventarisasi
variablel yang melekat pada diri warga Negara
ØInventarisasi
variable yang melekat pada organisasi Negara.
ØMenghubungkan
variable yang melekat pada warga dengan variable Negara.
ØMempersepsikan
hubungan dua variable dengan hubungan hak dan kewajiban
ØMencari
dasar dan norma sebagai pembenar yang bersumber jiwa dan nilai konstitusi.
b.Optimalisasi
pelaksanaan hak dan kewajiban
3. PEMBERDAYAAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
Embrio
materi dan tujuan pendidikan kewarganegaraan. Pendekatan yang digunakan harus
relevan dengan upaya pemberdayaan, antara lain:
a.Pendekatan
yuridis
Untuk memahami norma formal yang akan
memiliki sikap loyal terhadap konstitusi.
b.Pendekatan
struktural-fungsional
Menganalisis nilai fungsional terhadap
fungsi politik digunakan sebagai wacana demokrasi. Dan merumuskan
kepentingan-kepentingan dasar dalm mempersatukan warga Negara. Hak-hak dasar
warga Negara diakui sebuah potensi individual akan diapresiasikan dalam
menjaring kewajiban yang dilakukan. Sosialisasi politik bersumber pada hak dan
kewajiban cultural warga Negara. Untuk menyadari hak yang disandang dan
kewajiban yang diemban dalam proses politik.
c.Pendekatan
etika-moral
Sebagai wacanapembenaran terhadap
tindakan social. Substansi tindakan social mencakup:
ØHak
atas kebebasn yang sama.
ØPengalamn
moral
ØDasar
keercayaan social
ØPraktik
penyelidikan moral
d.Pendekatan
psikologi-pedagosis
Pertimbangan tingkat perkembangan
kejiwaan yang dikaitkan dengan jenjang pendidikan berupa fakta budaya, konsep,
generalisasi yang dirujuk pada hak dan kewajiban.
e.Pendekatan
pengurangan prasangka
Pertimbangan tentang kelompok
sosiologi-budaya tanpa tahu terlebih dahulu tentang fakta. Berdasarkan sudut pandang
kulturnya sendiri. Fakta yang berdiri sendiri tidak mampu mengurang prasangka.
Member kesempatan untuk mengemukakan perasaannya tentang budaya kelompok.
Mempelajari konstribusi positif dari berbagai budaya,
f.Pendekatan
empati
Berpartisipasi pengalaman orang lain
mendorong kepekaan interrasial dan interkultural. Realitas yang tunggal dan
mutlak. Pemikiran adalah dasar etnosentrisme yang dapat dikembangkan enam
langkah yang saling berkaitan yaitu:
1.Mengasumsikan
perbedaan
2.Mengenali
diri
3.Menunda
diri
4.Melakukan
imajinasi terbimbing
5.Membiarkan
pengalaman empati
6.Meneguhkan
kembali diri
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Civil society untuk membangun
hubungan Negara dan masyarakat dengan mengoptimalkan pelaksanaaan hak dan
kewajiban cultural. Dengan cara pendekatan yuridis, structural-fungsional,
psikologis-pedagosis dan emati
SARAN
Sebagai warga Negara yang baik dan
cerdas ikut serta membangun Negara yang berkualitas. Komunikas yang baik antara
pemerintah dan rakyat salah satu kunci tidah adanya kesalahfahaman.